CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Thursday, October 29, 2009

The Martyr of IIUM





Obaidah Alqudsi, a Palestinain artist, known among his friends for his beautiful voice and lovely character. 2 days ago, Obaidah passed away in an Israeli hospital, after being held as an injured prisoner. On 26th August, Obaidah was heading to the Abraham Mosque in the Old City of Hebron. While walking to the mosque, Israeli soldiers shot him 4 explosive bullets; two in the abdomen and two in his legs.

Obaidah, the peaceful soul was murdered in the street with cold blood. Ambulance vehicles were banned from attending to his bleeding body for 30 minutes. Seeing him bleeding didn’t satisfy their evil lust for blood, hence, they beat his body mecilessly. After a while, he was arrested and sent to an Israeli hospital in occupied Jerusalem. Ever since Obaidah was under their custody, he was in a comma. Obaidah spent about 3 weeks in the Israeli hospital; and his family was not allowed to visit him till the last day of his life!

On the morning of the 13th of September, Obaidah’s soul departed to its creator seeking his ultimate justice. Hasbunallahu wa ne’mal wakeel.

Obaidah will always be remembered among his family and friends for his sweet voice and lovely smile. His poetry and Nasheed will always be celebrated by Palestinians, Muslims and all free people of the world as true words of wisdom and honor.

Synopsis about the martyr:

Obaidah Maher Abdul Mu’ti Alqudsi Dwaik.

Born in 1984 in Hebron city-Palestine for a respected family, his father is a well known ustaz and businessman.

Obaidah started his education as early as 5 years in the kindergarten of the Islamic Youth Society. He later joined the Al-Shar’iyah School of the Islamic Charitable Organization. He completed his school education in 2002 with an excellent score of 84 %.

He later joined the International Islamic University Malaysia where he earned a bachelor degree in Communications and Journalism.

During his presence at the International Islamic University Malaysia, Obaidah was one of the active students in cocurricular activities and was always a forerunner in working for any Ummatic issue. Obaidah was elected into the main board of Al-Aqsa friends’ Society in 2003 to serve for one year as one of its most active members. And from the year 2004 till 2007 he led the famous Al-Aqsa Nasheed Group in IIUM.

In 2008 he returned to his hometown in Palestine to live with his family and run his father’s business. He got engaged few months later and arranged for his wedding to be held right after eid alfitri. Unfortunately, the crinminal Zionist soldiers didn’t let his family celebrate this eid happily nor let Obaidah’s fiancée enjoy her future with him!

Monday, October 26, 2009

- Touched -



Saturday, October 24, 2009

....Episod 176......- dan DIA Maha Mendengar -




Allah sangat mendengar bisikan hati saya …

Di saat saya sangat rindukan dowrah syeikh nuruddin …

Allah beri saya peluang mengikuti dowrah bersama syeikh faisal dari Kuwait selama 4 hari … Alhamdulillah

Di saat saya berdoa selepas imtihan .. supaya Allah beri natijah yang terbaik …

Allah beri saya kegagalan … untuk merasa manisnya kejayaan yang datang selepas itu … Alhamdulillah

Di saat saya merasa letih menolong adik2 tahun satu …
Saya pujuk diri saya dengan hadis innallaha fi aunil abdi ma kanal abdu fi auni akhihi…

Allah beri saya pertolongan dari semua sudut ketika saya sangat buntu ….Alhamdulillah

Di saat saya merasa hampa dan putus asa kerana angan2 untuk menjadi pelajar khat tahun lepas tak terlaksana

Allah temukan saya dengan orang2 yang tak putus memberi semangat dan tunjuk ajar … Alhamdulillah

Di saat saya sangka , gelaran pelajar khat tak akan pernah saya dapat …

Allah berikannya kepada saya tahun ini … Alhamdulillah

3 hari yang lalu , perjuangan saya di madrasah khutut babus sya’riah bermula .
Hari pertama , saya kalut. Takut . Runsing.Bingung . Mendengar taklimat khat dari ust hisyam sobri yang sangat strict membuat saya terfikir2 , entah ingin diteruskan atau tidak . kerana…. Saya seorang diri dr singapura… yang lain semuanya misriy , entah sejauh mana istiqamah saya nanti …

Hari kedua , Saya tak dapat nak fokus. Fikiran saya melayang jauh ke muwasalat yang akan saya ambil untuk pulang nanti .
Saya tak tau di mana saya akan ambil bas . Saya pasrah . Nekad nak bertanya pada ust Malaysia yang baru selesai kelas . Ketika solat maghrib
Allah temukan saya dengan seorang kakak indon . Pelajar tahun 3 kelas khat di situ . Alhamdulillah . Kak jati menemani saya hingga ke babus sya’riah .
Lega rasanya . Cuma saja , bas yang saya naiki dari babusy sya’riah itu akan ke darasah . Dari darasah saya menaiki bas 80 untuk ke sabi’ dan kemudian
Saya perlu menaiki tremco untuk pulang ke rumah . Pesan kak jati sebelum berpisah “ Sabar ya dik , belajarnya ini perlu sabar , jangan mengalah “ .
Saya hanya mampu tersenyum .

Ketika masih di dalam bas 80 , panggilan telefon dari emak seolah2 memujuk diri saya . Keadaan sempit di dalam bas ditambah dengan letih sepanjang hari
Di kuliah membuat airmata saya terus mengalir ( kelas saya habis pukul 6 , jam 7.30 saya baru nak bertolak dari darasah )“ Kakak , tak penat ke ? kenapa
masuk sorang2 kenapa tak ajak kawan ? tak takut ke malam2 balik ? “ .” Penat mak , takut . tapi takde orang lain nak masuk, nak buat camana . Mak doakan la mak , doakan perjalanan semua mudah . Doakan perjalanan balik selamat .” “ Ya , insya Allah mak doakan . Kaak , hati2 .” Sejam selepas itu , saya selamat sampai ke bangunan 11 tariq nasr ,raba’ah adawiyah . Alhamdulillah .

Hari ketiga , saya beranikan diri untuk menunggu bas 700 atau 134 di hadapan mustasyfa sayyid galal . Hampir setengah jam saya tunggu bas, tapi masih tak nampak lagi nombor bas yang boleh saya naik . haiz . Tiba2 , ust Aus al ansari , guru khat thuluth saya berada di sebelah saya . “ Awk tak naik bas lagi ? “ “Sy masih tunggu bas lagi ust , dari tadi tak ada . Ni pertama kali sy nak naik bas dari babusy sya’riah ““ tinggal mana fathiah ? “ “ Raba’ah “ Jawab saya ringkas . “ Takpe , aku nak balik asyir , nanti aku bilang mana bas pergi rabaah “ “ Ust , saya nak balik dengan ust boleh ? “ . “ Boleh2 takde masaalah . Ikut aku , aku akan naik bas yang sama . Lain kali kalau
tak tau apa2 tanya aku ke ust2 yang lain . Ust salaah pun ada , dia tinggal dekat dengan kau “.

Dalam perjalanan pulang , sekali lagi saya tak mampu menahan airmata ini dari mengalir , saya terharu . Ketika saya fikir , malam hari ketiga akan menjadi malam yang sangat penat seperti semalam , Allah temukan saya dengan ust aus …. Alhamdulillah ….

Saya penat , tapi saya tau saya perlu kuatkan diri …

Saya takut , tapi saya tau saya perlu beranikan diri …

Saya rasa sakit , tapi saya tau saya perlu sihatkan diri … baki berapa tahun saja lagi saya di sini … Banyak lagi mutiara yang belum saya temui ….
Saya tau saya sedang berlari dengan masa …. Saya juga tahu … sebesar mana pun rancangan saya , Allah sebaik2 perancang .

Sepanjang perjalanan pulang… hati saya tak henti berbisik …. Allah maha mendengar… Allah maha mendengar…Allah maha mendengar.