CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Friday, May 18, 2007

.... Sambungan ( 4 ) ....

Pagi hari itu , usai shalat dhuha Zahid berjalan ke arah pinggir kota . Tujuannya jelas iaitu rumah Afirah . Hatinya mantap untuk melamarnya . Di sana ia disambut baik oleh kedua orangtua Afirah . mereka sangat senang dengan kunjungan Zahid yang sudah terkenal ketakwaannya di seantero penjuru kota . Afirah keluar sekejap untuk membawa minuman lalu kembali ke dalam. Dari balik tirai ia mendengarkan dengan seksama pembicaraan Zahid dengan ayahnya . Zahid mengutarakan maksud kedatangannya , yaitu melamar Afirah .

Sang ayah diam sesaat. Ia mengambil nafas panjang . Sementara Afirah menanti dengan seksama jawaban ayahnya . Keheningan mencengkam sesaat lamanya . Zahid menundukkan kepala ia pasrah dengan jawaban yang akan diterimanya . Lalu terdengarlah jawapan ayah Afirah

" Anakku Zahid , kau datang terlambat . Maafkan aku , Afirah sudah dilamar oleh Abu Yasir untuk putranya Yasir beberapa hari yang lalu , dan aku telah menerimanya "

Zahid hanya mampu menganggukkan kepala . Ia sudah mengerti dengan baik apa yang didengarnya . Ia tidak bisa menyembunyikan irisan kepedihan hatinya . Ia mohon diri dengan mata berkaca-kaca . Sementara Afirah , lebih tragis keadaannya . Jantungnya nyaris pecah mendengarnya . Kedua kakinya seperti lumpuh seketika. Ia pun pingsan saat itu juga .

Zahid kembali ke masjid dengan kesedihan tak terkira . Keimanan dan ketakwaan Zahid ternyata tidak mampu mengusir rasa cintanya pada Afirah . Apa yang ia dengar dari ayah Afirah membuat nestapa jiwanya . Ia pun jatuh sakit . Suhu badannya sangat panas . Berkali - kali ia pingsan. Berkali - kali ia pingsan . Ketika keadaannya kritis seorang jamaah membawa dan merawatnya di rumahnya . Ia sering mengigau . Dari bibirnya terucap kalimat tasbih , tahlil , istighfar dan ...... Afirah .

Kabar tentang derita yang dialami Zahid ini tersebar ke seantero kota Kufah . Angin pun meniupkan kabar ini ke telinga Afirah . Rasa cinta Afirah yang tak kalah besarnya membuatnya menulis sebuah surat pendek ,

" Kepada Zahid ,

Assalamu'alaikum

Aku telah mendengar betapa dalam rasa cintamu padaku . Rasa cinta itulah yang membuatmu sakit dan menderita saat ini . Aku tahu kau selalu menyebut diriku dalam mimpi dan sadarmu . Tak bisa kuingkari , aku pun mengalami hal yang sama . Kaulah cintaku yang pertama . Dan kuingin kaulah pendamping hidupku selama - lamanya .


Zahid ,


Kalau kau mau . Aku tawarkan dua hal padamu untuk mengobati rasa haus kita berdua . Pertama , aku akan datang ke tempatmu dan kita bisa memadu cinta . Atau , kau datanglah ke kamarku , akan aku tunjukkan jalan dan waktunya .


Wassalam


Afirah



Surat itu ia titipkan pada seorang pembantu setianya yang bisa dipercaya . Ia berpesan agar surat itu langsung sampai ke tangan Zahid . Tidak boleh ada orang ketiga yang membacanya . Dan meminta jawaban Zahid saat itu juga .


Hari itu juga surat Afirah sampai tangan Zahid . Dengan hati berbunga-bunga Zahid menerima surat itu dan membacanya . Setelah tahu isinya seluruh tubuhnya bergetar hebat . Ia menarik nafas panjang dan beristighfar sebanyak - banyaknya . Dengan berlinang air mata ia menulis balasan untuk Afirah :

0 comments: