CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Friday, May 25, 2007

.... Episod 36 .... - REBUTIA !! here i come -


Bismillahirrahmaanirrahim


Allahumma Solli 'ala Sayyidina Muhammad



Alhamdulillah , akhirnya penantianku akan berakhir tak lama lagi... Hanya Allah sahaja yang tahu betapa rindunya aku pada rebutia.. betapa rindunya aku pada poknik ... betapa rindunya aku pada hutan sungai pisang... haiz.. Ya Rab.. betapa aku rasa bersyukur tersangat - sangat kerana aku diberi kesempatan untuk bertemu mereka lagi !!


BerdeBAR.. dEbaran rinduku berombak kencang... rasanya airmata ini tak dapat nak di tahan lagi.. hatiku menjerit .. poknik!!!!!!!!!! saya rindu kat poknik.. Arelong!!!!!!! kak ima!!! kak rima!!! kak ziana.. ya rab .. aku tak akan lupakan tempat itu .. tempat yang akan sentiasa bertakhta di hati... yaa Ahla rebutia... liqaa'una na'iimun wa firaaquna jahiimun .. Allah yahdiina .. ( bersambung ... letih sangat , nak kene pack ni.. ) Ana akan rehat di rebutia 28-1 june.~~ Bismillahi tawakkaltu 'alallah.. doakan pergi dan kembali ana selamat dan perjalanan kami semua diredhai dan dilindungi Allah dari sebarang bahaya dan bencana.. Allahumma Aameen..

Wednesday, May 23, 2007

.....Bahagian terakhir.... - Di atas sejadah cinta -

" Kepada Afirah

Salamullahi'alaik

Benar aku sangat mencintaimu . Namun sakit dan deritaku ini tidaklah semata-semata karena rasa cintaku padamu. Sakitku ini kerana aku menginginkan sebuah cinta suci yang mendatangkan pahala dan diridhai Allah 'Aza wajalla. Inilah yang ku damba . Dan aku ingin mendamba yang sama . Bukan sebuah cinta yang menyeret kepada kenistaan dosa dan murka-Nya.


Afirah,

Kedua tawaranmu itu tidak ada yang aku terima. Aku ingin mengobati kehausan jiwa ini dengan secangkir air cinta dari syurga . Bukan air timah dari neraka . Afirah , " inni akhaafu in 'ashaitu Rabbi adzaaba yaumin adzim "


Afirah ,

Jika kita terus bertakwa , Allah akan memberikan jalan keluar . Tak ada yang bisa aku lakukan saat ini kecuali menangis padanya . Tidak mudah meraih cinta berubah pahala . Namun aku sangat yakin dengan firmannya " Wanita - wanita yan tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik , dan laki - laki yang tidak baik adalah untuk wanita-wanita yang tidak baik ( pula ), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik , dan laki - laki yang baik adalah untuk wanita - wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh itu) bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka.Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (yaitu surga). Karena aku ingin mendapatkan seorang bidadari yang suci dan baik . Maka aku akan berusaha kesucian dan kebaikan . Selanjutnya Allah yang menentukan .

Afirah,

Bersama surat ini aku sertakan serbanku , semoga bisajadi penglipur lara dan rindumu. Hanya kepada Alllah kita serahkan hidup dan mati kita.

Wassalam


Zahid "

Begitu membaca jawapan Zahid itu Afirah menangis . Ia menangis bukan kerana kecewa, tapi menangis kerana menemukan sesuatu yang sangat berharga ,yaitu hidayah . Pertemuan dan percintaannya dengan seorang pemuda Soleh bernama Zahid itu telah mengubah jalan hidupnya .

Semenjak itu ia meninggalkan semua jalan kehidupannya yang glamor.Ia berpaling dari dunia dan menghadapkan wajahnya sepenuhnya untuk akhirat . Serban putih pemberian Zahid itu ia jadikan sejadah , tempat di mana ia sujud dan menangis di tengah malam memohon ampunan dan rahmat Allah s.w.t .Siang ia puasa dan malam ia menghabiskan masa bermunajat kepada tuhannya . Di atas sejadah putih itu ia menemukan cinta yang lebih agung dan lebih indah , yaitu cinta kepada Allah s.w.t . Hal yang sama juga dilakukan Zahid di masjid Kufah . Keduanya benar-benar larut dalam samudera cinta kepada Allah s.w.t.

Allah Maha Rahman dan Rahim. Beberapa bulan kemudian Zahid menerima sepucuk surat dari Afirah ,

" Kepada Zahid ,

Assalamu'alaikum ,

Segala puji bagi Allah , Dialah Tuhan yang memberi jalan keluar hambanya yang bertakwa . Hari ini ayahku memutuskan tali pertunanganku dengan yasir. Beliau telah terbuka hatinya . Cepatlah kau datang melamarku . Dan kita laksanakan pernikahan mengikuti sunnah Rasulullah Saw . secepatnya.

Wassalam

Afirah"

Seketika itu Zahid sujud syukur di mihrab masjid Kufah . Bunga - bunga cinta bermekaran dalam hatinya . Tiada hentinya bibirnya mengucapkan hamdalah.

Tuesday, May 22, 2007

.... Live dars Al-Quran @ Iqraa TV....



Mudah - mudahan , kita mendapat manfi' kathirah daripada dars-dars
yang ada . Untuk butir-butir lanjut sila klik link berikut :

....Episod 35 .... - Baru aku mengerti -

Bismillahirrahmaanirrahiim
Allahumma Solli 'ala sayyidina muhammad


Kini baru ku mengerti apa yang dirasakan oleh dhiyaulhaq. semakin dekat hari yang ku tunggu ... semakin aku rasa diri sensitif sungguh pada orang- orang sekeliling .. boleh dikatakan hampir setiap perkara yang aku lakukan . disertai dengan kata - kata " yelah , takpelah, lg brape bulan jek pe kat sini .. "


Tak sabar.. hmm mungkin kot... takutt? .. hmm takut jugak ... tak terbayang saat -saat perpisahan tu terjadi ... tak tau apa yang hendak aku buat bila bertemu dengan mereka - mereka yang akan pulang ke tanahair tak lama lagi ... runsing rasanya sekarang ni.. tak tau apa nak buat selain muraja'ah hafalan Al-qur'an dan mawad2 asas yg perlu .. haiz..


Mereka - mereka yang masih ada di bumi Kinanah pula sedang berjuang hebat dengan imtihan. Ya rab ! tak dapat nak dibayangkan ,aku berada di tempat mereka untuk melakukan perkara yang sama...


Rumours... Hearsays.. Akhawat ku yang kini masih di mesir..., antunna tau tak kami di sini dengar terlalu banyak hearsay yang kata bumi Nabi Musa begini dan begitu .. penduduknya begini dan begitu .. jami'ah azhar begini dan begitu ... suasananya begini dan begitu.. kelu lidah seketika bila berdepan dengan cerita-cerita yang tidak sedap didengar telinga tentang tempat yang sudah thabit akan kami pergi untuk mencari seteguk ilmu menghilangkan dahaga kejahilan kami,...


Dan kini ,.. diwaktu hatiku telah tetap memilih kuliyah lughah sebagai pilihan .. terdengar kata - kata yang melemahkan semangat .. terdengar andaian2 yang menjatuhkan dinding keyakinan .. terdengar dakwaan - dakwaan yang mematikan minat ku untuk teruskan perjuangan mendalami ilmu lughah ...


Sungguh aku sedang menghitung hari.. menunggu bila kalian semua akan kembali .. memberi kami secebis harapan ... segenggam semangat... untuk kami jadikan bekalan.. sebagai kekuatan ruuh kami waktu di sana nanti.. iltizam kami semakin menipis terhakis dek kata - kata yang sumbernya entah dari mana dan dari siapa ...


Runsing aku memikirkan semua yang akan terjadi .......... ya , aku tau ... memikirkan perkara yang belum terjadi adalah suatu pekerjaan yang sia - sia .. tapi .. tak dapat nak aku elakkan .. kerana aku tidak sekuat yang disangka ... berpisah dengan keluarga khususan ibu .. adalah sesuatu yang terlalu berat... Kerana .... Diwaktu kakiku melangkah pergi nanti ... hanya satu yang perlu aku yakini dan ingati ... Laa haula walaa quwwata illa billah ... Inna hayaati wa nusuki wa mahyaayaa wa mamaati lillaahi rabbil 'alamiin...


Sambutlah langkahku wahai bumi kinanah !!
( Ya Rasulallah .. khuz bi aidiina.. )

Monday, May 21, 2007

....Episod 34.... - Keresahan meniti hari -

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صلى على سيدنا محمد و على ا له و أصحابه

Setiap detik yang berlalu ..
menyedarkan aku...
betapa banyak waktu
telah aku habiskan ..
untuk dunia...
yang sia - sia sahaja..

Dimana kutub maraji' ?
Nahu.. saraf .. balaghah..
'arudh ... hadith .. tauhid..
fiqh.. mantiq..
mana mereka semua ?
aku terlupa rupanya..
terlupa perjuangan ku..
akan bermula tak lama lagi..

Nampaknya.. aku masih leka..
leka dengan tanggungjawab..
lalai dengan jihad..
yang telah tersedia untuk dijamah...
dijamah seseorang yang bergelar mujahidah...
mampukah aku merebut gelaran itu..
menyandang jawatan itu ..???!!

Lagu hijjaz yang berkumandang..
benar-benar menyentak khayalan ...
menggoncang kelalainku ..
apa hadf hidupku..
keresahan ku meniti hari ...'
mesti bermula hari ini..!! ..

Katanya aku akan berjihad...
tapi.. mana perisai ku?
dari mana kan ku peroleh senjata?
akan terkorbankah aku..
kerna kurang persiapan..
atau akan menangkah aku...
dengan izin tuhan.....

"Berjuang menempah susah
menanggung derita menungkah fitnah
itulah gelombang hidup samudera duka
seorang mujahid membela tauhid

dipisah ia berkelana
dibelenggu dia uzlah menagih mehnah
namun jiwa tetap memburu cinta
membara demi Allah dan Rasulnya

Berjuang tak pernah senang
ombak derita tiada henti
tenang resah silih berganti
inilah sunnah
orang berjuang

Malamnya bagai rahib merintih sayu
dihiris doa airmata
siangnya bagaikan singa dirimba
memerah keringat mencurah tenaga

Sunnah orang
berjuang ke jalan Allah..

Berjuang memang pahit
kerana syurga itu manis
bukan sedikit mahar yang perlu dibayar
bukan sedikit yg ditagih

Berjuang ertinya terkorban
rela terhina kerna kebenaran
antara dua jadi pilihan
dunia yang fana atau syurga"

Friday, May 18, 2007

.... Sambungan ( 4 ) ....

Pagi hari itu , usai shalat dhuha Zahid berjalan ke arah pinggir kota . Tujuannya jelas iaitu rumah Afirah . Hatinya mantap untuk melamarnya . Di sana ia disambut baik oleh kedua orangtua Afirah . mereka sangat senang dengan kunjungan Zahid yang sudah terkenal ketakwaannya di seantero penjuru kota . Afirah keluar sekejap untuk membawa minuman lalu kembali ke dalam. Dari balik tirai ia mendengarkan dengan seksama pembicaraan Zahid dengan ayahnya . Zahid mengutarakan maksud kedatangannya , yaitu melamar Afirah .

Sang ayah diam sesaat. Ia mengambil nafas panjang . Sementara Afirah menanti dengan seksama jawaban ayahnya . Keheningan mencengkam sesaat lamanya . Zahid menundukkan kepala ia pasrah dengan jawaban yang akan diterimanya . Lalu terdengarlah jawapan ayah Afirah

" Anakku Zahid , kau datang terlambat . Maafkan aku , Afirah sudah dilamar oleh Abu Yasir untuk putranya Yasir beberapa hari yang lalu , dan aku telah menerimanya "

Zahid hanya mampu menganggukkan kepala . Ia sudah mengerti dengan baik apa yang didengarnya . Ia tidak bisa menyembunyikan irisan kepedihan hatinya . Ia mohon diri dengan mata berkaca-kaca . Sementara Afirah , lebih tragis keadaannya . Jantungnya nyaris pecah mendengarnya . Kedua kakinya seperti lumpuh seketika. Ia pun pingsan saat itu juga .

Zahid kembali ke masjid dengan kesedihan tak terkira . Keimanan dan ketakwaan Zahid ternyata tidak mampu mengusir rasa cintanya pada Afirah . Apa yang ia dengar dari ayah Afirah membuat nestapa jiwanya . Ia pun jatuh sakit . Suhu badannya sangat panas . Berkali - kali ia pingsan. Berkali - kali ia pingsan . Ketika keadaannya kritis seorang jamaah membawa dan merawatnya di rumahnya . Ia sering mengigau . Dari bibirnya terucap kalimat tasbih , tahlil , istighfar dan ...... Afirah .

Kabar tentang derita yang dialami Zahid ini tersebar ke seantero kota Kufah . Angin pun meniupkan kabar ini ke telinga Afirah . Rasa cinta Afirah yang tak kalah besarnya membuatnya menulis sebuah surat pendek ,

" Kepada Zahid ,

Assalamu'alaikum

Aku telah mendengar betapa dalam rasa cintamu padaku . Rasa cinta itulah yang membuatmu sakit dan menderita saat ini . Aku tahu kau selalu menyebut diriku dalam mimpi dan sadarmu . Tak bisa kuingkari , aku pun mengalami hal yang sama . Kaulah cintaku yang pertama . Dan kuingin kaulah pendamping hidupku selama - lamanya .


Zahid ,


Kalau kau mau . Aku tawarkan dua hal padamu untuk mengobati rasa haus kita berdua . Pertama , aku akan datang ke tempatmu dan kita bisa memadu cinta . Atau , kau datanglah ke kamarku , akan aku tunjukkan jalan dan waktunya .


Wassalam


Afirah



Surat itu ia titipkan pada seorang pembantu setianya yang bisa dipercaya . Ia berpesan agar surat itu langsung sampai ke tangan Zahid . Tidak boleh ada orang ketiga yang membacanya . Dan meminta jawaban Zahid saat itu juga .


Hari itu juga surat Afirah sampai tangan Zahid . Dengan hati berbunga-bunga Zahid menerima surat itu dan membacanya . Setelah tahu isinya seluruh tubuhnya bergetar hebat . Ia menarik nafas panjang dan beristighfar sebanyak - banyaknya . Dengan berlinang air mata ia menulis balasan untuk Afirah :

Thursday, May 17, 2007

.... Sambungan ( 3 ) ....

Saat malam datang membentangkan jubah hitamnya , Kota Kufah kembali diterangi sinar rembulan.Angin sejuk dari utara semilir mengalir .

Afirah terpekur di kamarnya . Matanya berkaca - kaca . Hatinya basah.Pikirannya bingung. Apa yang menimpa dirinya. Sejak kejadian dirinya tadi pagi di kebun korma hatinya terasa gundah . Wajah bersih zahid bagai tak hilang dari pelupuk matanya . Pandangan matanya yang teduh menunduk membuat hatinya sedemikian terpikat . Pembicaraan orang - orang tentang kesalehan seorang pemuda di tengah kota bernama zahid semakin membuat hatinya tertawan . Tadi pagi ia menatap wajahnya dan mendengarkan tutur suaranya. Ia juga menyaksikan wibawanya . Tiba- tiba air matanya mengalir deras. Hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dalam hati ia berkata ,

" Inikah cinta ? beginikah rasanya ? terasa hangat mengaliri syaraf . Juga terasa sejuk di dalam hati. Ya rabbi! tidak aku mungkiri , aku jatuh hati pada hambamu yang bernama zahid . Dan inilah untuk pertama kalinya aku terpesona pada seorang pemuda .Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta . Ya Rabbi, izinkanlah aku mencintainya "

Air matanya terus mengalir membasahi pipinya . Ia teringat sapu tangan yang ia berikan pada zahid . Tiba - tiba ia tersenyum ,

" Ah , sapu tanganku ada padanya . Ia pasti juga mencintaiku . Suatu hari ia akan datang kemari ."

Hatinya berbunga - bunga . Wajah yang tampan bercahaya dan bermata teduh itu hadir di pelupuk matanya .


Sementara itu , di dalam masjid Kufah tampak zahid yang sedang menangis di sebelah kanan mimbar . Ia menangisis hilangnya kekhusyukan hatinya dalam shalat. Ia tidak tahu harus berbuat apa.Sejak ia bertemu dengan Afirahdi kebun korma tadi pagi ia tidak bisa mengendalikan gelora hatinya . Aura kecantikan Afirah bercokol dan mengakar sedemikian kuat dalam relung-relung hatinya . Aura itu selalu melintas dalam solat , baca Al-Quran dan dalam apa saja yang ia lakukan .Ia telah berulang kali cuba menepis jauh - jauh aura pesona Afirah dengan melakukan shalat sekhusyuk khusyuknya namun usaha itu sia - sia .

" Ilahi, kasihanilah hambamu yang lemah ini. Engkau mahatahu atas apa yang menimpa diriku. Aku tak ingin kehilangan cinta mu . Namun engkau juga tahu, hatiku ini tak mampu mengusir pesona kecantikan seorang makhluk yang engkau ciptakan. Saat ini hamba sangat lemah berhadapan dengan daya tarik wajah dan suaranya ilahi , berilah padaku cawan kesejukan untuk meletakkan embun-embun cinta yang menetes-menetes dalam dinding hatiku ini. Ilahi, tuntunlah langkahku pada aris takdir yang paling engkau ridhai .Aku serahkan hidup matiku untuk Mu " Isak zahid mengharu biru pada Tuhan Sang Pencipta hati, cinta , dan segala keindahan semesta .

Zahid terus meratap dan mengiba . Hatinya yang dipenuhi gelora cinta terus ia paksa untuk menepis noda-noda nafsu. Anehnya , semakin ia meratap embun-embun cinta itu semakin deras mengalir. Rasa cintanya pada tuhan . Rasa takut akan azabnya. Rasa cinta dan rindunya pada Afirah . Dan rasa tidak ingin kehilangannya . Semua bercampur dan mengalir sedemikian hebat dalam relung hatinya . Dalam puncak munajatnya , ia pingsan .

Menjelang subuh , ia terbangun. Ia tersentak kaget . Ia belum shalat tahajjud . Beberapa orang tampak sedang asyik beribadah bercengkerama dengan tuhannya. ia menangis , ia menyesal . Biasanya ia sudah membaca dua juz dalam shalatnya.

" Ilahi , jangan kau gantikan bidadariku di syurga dengan bidadari dunia . Ilahi , hamba lemah maka berilah kekuatan !"

Ia lalu bangkit , wudhu dan shalat tahajjud . Di dalam sujudnya ia berdoa ,

" Ilahi hamba mohon ridhamu dan syurga . Amin . Ilahi lindungi hambamu dari murkamu dan neraka . Amin. Ilahi, jika boleh hamba titipkan rasa cinta hamba pada Afirah padamu , hamba terlau lemah untuk menanggungnya . Amin. Ilahi , hamba mohon ampunan mu, rahmatmu , cintamu , dan ridhamu . Amin. "

Tuesday, May 15, 2007

.... Sambungan 2 ....

Keesokan harinya .

Usai shalat dhuha , zahid meninggalkan masjid menuju ke pinggir kota . Ia hendak menjenguk saudaranya yang sakit . Ia berjalan dengan hati terus berdzikir membaca ayat - ayat suci al - Quran . Ia sempatkan ke pasar sebentar untuk membeli anggur dan apel buat saudaranya yang sakit .

Zahid berjalan melewati kebun Korma yang luas . Saudaranya pernah bercerita bahawa kebun itu milik saudagar kaya , Abu Afirah . Ia terus melangkah menapaki jalan yang membelah kebun korma itu . Tiba - tiba dari kejauhan ia melihat titik hitam . Ia terus berjalan dan ttik hitam itu semakin mendekat . Matanya lalu menangkap di kejauhan sana perlahan bayangan itu menjadi seorang sedang menunggang kuda , lalu sayup-sayup telinganya menangkap suara ,

" tolooong!! toloong !! "

Suara itu datang dari arah penunggang kuda yang ada jauh di depannya . Ia menghentikan langkahnya . Penunggang kuda itu semakin jelas .

" toloong !! tolong!! "

Suara itu semakin jelas terdengar . Suara seorang perempuan . Dan matanya dengan jelas bisa menangkap penunggang kuda itu adalah seorang perempuan . Kuda itu berlari kencang .

" Toloong !! toloong hentikan kudaku ini ! Ia tidak bisa dikendalikan !"

Mendengar itu Zahid tegang . Apa yang harus ia perbuat . Sementara kuda itu semakin dekat dan tinggal beberapa belas meter di depannya . Cepat-cepat is menenangkan diri dan membaca shalawat . Ia berdiri tegap di tengah jalan . Tatkala kuda itu sudah sangat dekat ia mengangkat tangan kanannya dan berkata keras ,
" Hai kuda makhluk Allah , berhentikanlah dengan izin Allah !"

Bagai pasukan mendengar perintah panglimanya , kuda itu meringkik dan berhenti seketika .Perempuan yang ada di punggungnya terpelanting jatuh . Perempuan itu mengaduh . Zahid mendekati perempuan itu dan menyapanya .

" Assalamu'alaiki , kau tidak apa - apa ?"

Perempuan itu mengaduh . Mukanya tertutup cadar hitam . Dua matanya yang bening menatap Zahid . Dengan sedikit merintih ia menjawab pelan,

" Alhamdulillah tidak apa - apa ,hanya saja tangan kananku sakit sekali . Mungkin terkilir saat jatuh "

" Syukurlah kalau begitu "

Dua amata bening di balik cadar itu terus memandang wajah tampan Zahid . Menyadari hal itu , Zahid menundukkan pandangannya ke tanah . Perempuan itu perlahan bangkit. Tanpa sepengetahuan Zahid , ia membuka cadarnya . Dan tampaklah eajh cantik nan mempesona

" Tuan , saya ucapkan terima kasih . Kalau boleh tahu siapa nama Tuan , dari mana dan mau ke mana Tuan ?"

Zahid mengangkat mukanya . Tak ayal matanya menatap wajah putih bersih mempesona . Hanya bergetar hebat . Saraf dan ototnya terasa dingin semua. Inilah untuk pertama kalinya ia menatap wajah gadis jelita dari jarak yang sangat dekat . Sesaat lamanya keduanya beradu pandang.Sang gadis terpesona dengan ketampanan Zahid , sementara gemuruh hati zahid tak kalah hebatnya . Gadis itu tersenyum dengan pipi merah merona . Zahid tersadar , ia cepat-cepat menundukkan kepalanya . " Innalillah ""Astaghfirullah ", gemuruh hatinya .

"Namaku Zahid , aku dari masjid mau mengunjungi saudaraku yang sakit"

"Jadi kaukah zahid yang dibicarakan orang itu? yang hidupnya cuma di dalam masjid ?"

" Tak taulah, itu mungkin zahid yang lain " kata Zahid sambil membalikkan badan . Ia lalu melangkah .

" Tunggu dulu Tuan Zahid ! Kenapa tergesa- gesa ? Kau mau kemana ? Perbincangan kita belum selesai !"

" Aku mau melanjutkan perjalananku !"

Tiba - tiba gadis itu berlari dan berdiri di hadapan Zahid . Terang saja Zahid gelagapan . Hatinya bergetar hebat menatap aura kecantikan gadis yang ada di depannya . Seumur hidup ia belum pernah menghadapi situasi seperti ini .

" Tuan , aku hanya mau bilang , namaku Afirah . Kebun ini milik ayahku . Dan rumahku ada di sebelah selatan kebun ini . Jika kau mau silakan datang ke rumahku . Ayah pasti akan senang dengan kehadiranmu . Dan sebgai ucapan terima kasih aku mau menghadiahkan ini ."

Gadis itu lalu mengulurkan tangannya memberi sapu tangan hijau muda .

" tidak usah "

"terimalah , tidak apa -apa , ! Kalau tidak tuan terima , aku tidak akan memberi jalan !"

Terpaksa zahid menerima saputangan itu . Gadis itu lalu minggir sambil menutup kembali mukanya dengan cadar . Zahid melangkahkan kedua kakinya melanjutkan perjalanan..... ( bersambung )

Saturday, May 12, 2007

.... Sambungan ( 1 ) ....

Gadis itu terus menari -nari dengan riangnya . Hasilnya berbunga - bunga . Di ruangan tengah , kedua orang tuanya menyungging senyum mendengar syair yang di dendangkan putrinya . Sang ibu berkata , " Abu Afirah , putri kita sudah menginjak dewasa . Kau dengarkanlah baik-baik syair-syair yang ia dendangkan ."

" Ya itu syair-syair cinta , memang sudah saatnya ia menikah . Kebetulan tadi siang di pasar aku berjumpa dengan Abu Yasir . Dia melamar Afirah untuk putranya , Yasir "

" Bagaimana? Kau terima atau ........?"

" Ya jelas langsung aku terima . Dia kan masih kerabat sendiri dan kita banyak berhutang budi padanya . Disamping itu Yasir itu gagah dan tampan ."

" tapi bukankah lebih baik kalau minta pendapat Afirah dulu?"

" Tak perlu! Kita tidak ada pilihan kecuali menerima pinangan ayah Yasir. Pemuda yang paling cocok adalah Yasir "

" Ah , itu gampang . Nnanti jika sudah beristeri Afirah, dia pasti juga akan tobat ! Yang penting dia kaya raya "


Pada saat yang sama , di sebuah tenda mewah , tak jauh dari Kota Kufah . Seorang pemuda tampan dikelilingi oleh teman - temannya . Tak jauh darinya seorang penari melenggok - lenggokkan tubuhnya diiringi suara gendang dan seruling .

" Ayo bangun , Yasir . Penari itu mengerlingkan matanya padamu !" Bisik temannya

" Be...Benarkah ?"

" Benar. Ayo cepatlah . Dia penari tercantik kota ini . Jangan kau sia - siakan kesempatan ini Yasir !"

"Baiklah . Bersenang - senang dengannya memang impianku ."


Yasir lalu bangkit dari duduknya dan beranjak menghampiri sang penari .Sang penari menghulurkan tangannya dan Yasir menyambutnya . Keduanya lalu menari nari diiringi irama seruling dan gendang . Keduanya benar- benar hanyut dalam kelenaan . Dengan gerakan mesra penari itu membisikkan sesuatu ke telinga Yasir ,

" Apakah anda punya waktu malam ini bersamaku?"

Yasir tersenyum dan menganggukkan kepalanya . Keduanya terus menari dan menari . Suara gendang memecah hati . Irama seruling melengking lengking . Aroma arak menyengat Nurani . Hati dan pikiran jadi mati .

Friday, May 11, 2007

.... Episod 33.... - Di Atas Sejadah Cinta -

Kota kufah terang oleh sinar purnama . Semilir angin yang bertiup dari utara membawa hawa sejuk. Sebahagian rumah telah menutup pintu dan jendelanya . Namun geliat hidup kota Kufah masih terasa .


Di serambi masjid Kufah , seorang pemuda berdiri tegap menghada kiblat . Kedua matanya memandang teduh ke tempat sujud . Bibirnya bergetar melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran . Hati dan seluruh gelegak jiwanya menyatu dengan tuhan , Pencipta alam semesta. Orang-orang memanggilnya ' zahid ' atau ' si ahli zuhud ' , karena kezuhudannya meskipun ia masih muda. Dia dikenal masyarakat sebagai pemuda yang paling tampan dan paling mencintai masjid di Kota Kufah pada masanya . Sebahagian besar waktunya ia habiskan di dalam masid., untuk ibadah dan menuntut ilmu pada ulama terkemuka Kota Kufah . Saat itu masjid adalah pusat peradaban , pusat pendidikan , pusat informasi dan pusat perhatian .


Pemuda itu terus larut dalam samudera ayat Ilahi. Tiap kali sampai pada ayat azab, tubuh pemuda itu bergetar hebat . Air matanya mengalir deras . Neraka bagaikan menyala - nyala di hadapannya . Namun, jika ia sampai pada ayat-ayat ni'mat dan syurga , embun sejuk dari langit terasa bagai mengguyur sekujur tubuhnya . Ia merasakan kesejukan dan kebahagiaan . Ia bagai mencium aroma wangi para bidadari yang suci .


Tatkala sampai pada surah Asy-Syams , ia menangis ,

" fa alhamaha fujuuraha waa taqwaaha ,

qad aflaha man zakkaaha

wa qad khaaba man dassaha "


( maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan

dan ketakwaan , Sesungguhnya beruntunglah orang yang

mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah orang yang

mengotorinya )


Hatinya tertanya - tanya, Apakah dia termasuk golongan yang mensucikan jiwanya ?

Ataukah golongan yang mengotori jiwanya ? Dia termasuk golongan yang beruntung atau yang merugi ?


Ayat itu ia ulang berkali-kali . Hatinya bergetar hebat . Tubuhnya berguncang. Akhirnya ia pengsan .


Sementara itu , di pinggir kota tampak sebuah rumah mewah bagai istana . Lampu - lampu yang menyala dari kejauhan tampak berkerlap - kerlip bagai bintang gemintang . Rumah itu milik seorang saudagar kaya yang memiliki kebun korma yang luas dan hewan ternak yang tak terhitung jumlahnya .


Dalam salah satu kamarnya , tampak seorang gadis jelita sedang menari-menari riang gembira . Wajahnya yang putih susu tampak kemerahan terkena sinar yang terpancar bagai tiga lentera yang menerangi ruangan itu . Kecantikannya sungguh mempesona. Gadis itu terus menari sambil mendendangkan syair - syair cinta ,

" in kuntu 'asyiqatullail fa ka'si

musyriqun bi dhau'

wal hubb al wariq "


( jika aku pencinta malam maka

gelasku memancarkan cahaya

dan cinta yang mekar.. )

Bersambung..........

Thursday, May 10, 2007

....Episod 32.... - Hijaab Waali -




Gambar ni ana tujukan khas untuk Ammarsiddique yang mati2 nak tau siapa dia hijab wali yang ana ' claim ' sebagai kekasih ana , hehehe... dan juga kepada yang lain , yang telah membaca post ana ' love is in the air ' dan mengandaikan yang ana ni memang betul2 dah jatuh cinta.. sesungguhnya.. Hijaab Waali adalah sebuah novel tentang perjuangan seorang wanita mempertahankan hijaab @ niqab nya dan perjuangannya dalam membina sebuah rumahtangga yang bahagia .... :)

Monday, May 7, 2007

....Episode 31.... - The truth on Niqab -



Why Wear Niqab?
Niqab is Mustahabb

The word "mustahabb" means "seeking the love (of Allah SWT)". A hadith qudsi beautifully describes the way to seek the love of Allah SWT:

Abu Huraira reported that the Prophet said, "Allah said: My servant draws not near to Me with anything more loved by Me than the religious duties I have enjoined upon him, and My servant continues to draw near to Me with supererogatory works so that I shall love him"found in Sahih Bukhari

Our service of Allah SWT through our obedience of whatever He has commanded us draws us near to Him, and by doing more than has been commanded of us, we may draw nearer to Him still, inshallah.

Clearly, hijab is a command from Allah SWT and sisters draw near to Him through wearing hijab. And clearly, doing more than has been commanded is a way to draw still nearer to Allah SWT.

When a sister is already covering everything but her face and her hands, and she would like to do something extra to seek the love of Allah SWT, the only things left for her to cover are - her face and her hands!

Even if there were no other reason to wear niqab, surely this would be enough! How can it be "extreme" to wear niqab or gloves when her face and her hands are the only things the Muslim sister has uncovered in public to begin with??


Niqab as haya

The word "haya" is often translated into English as "shyness", but this does not really give a very good idea of its meaning in Arabic. A better, if longer, translation of its meaning might be "keeping private what should be private".

Islam places a very great importance on privacy, and on keeping private what should be private. Hijab is in fact part of a larger code of conduct, and constitutes only one aspect of haya.

Allah SWT has through the Shari’a clearly distinguished between public and private space and placed a screen (i.e., hijab) between them. Private space is physically divided from public space and strongly protected against any incursion (Surah an-Nur ayat 27-29). What people do in private space has also been protected and screened. This is accomplished by the bans on speculation, gossip and spying (Surah an-Nur ayat 12-13 and Surah al-Hujurat ayat 11-12). What is private must be kept private, by the physical protection of walls and by the conduct of Muslims in not talking about it, speculating over it, or looking into it. The same rule applies to the physical person, as what is not necessary to be displayed for some task should be covered (or, as the Quran says in Surah an-Nur ayah 31, women are "not to display their beauty except what is apparent of it"). Furthermore, in the private space of the home and family, rules are relaxed. People within the special group of family may visit freely (Surah an-Nur ayah 61) and be at ease in dress (Surah an-Nur ayah 31). By contrast, in public space, rules are strict. This includes not only dress but also conduct: physical contact should be avoided, talk should be business-like, and khulwa (i.e., an unrelated man and woman being alone together) should be avoided. In the dress, speech, and behaviour of the Muslim, there should be a screen which separates the public (that which is necessary to be made known) and the private (that which is not necessary to be made known).

From this, we can see that hijab is a screen of privacy, an act of haya. Clearly, it is mustahabb to screen our privacy even more than has been commanded. We can respect other peoples' privacy more carefully through avoiding speculation, gossip, and spying; and we can protect our own privacy more carefully through taking extra steps in modest dress, in avoiding physical contact and khulwa with non-mahrams, and in keeping conversation with non-mahrams to the minimum necessary to conduct our business. For sisters, as stated above, that extra degree in modest dress must and can only be niqab and gloves.


Niqab as taqwa

We can also look at another aspect. Sometimes people criticize Islam or Muslims for being too concerned with outward things and not concerned enough with inner things. It is true that this can lead to hypocrisy. Yet we should not be discouraged by hypocrites or let them push us to the opposite extreme of saying that outward things are not important at all.
Sometimes the outward things help us develop the inner, by making us more aware of Allah SWT.

This awareness that Allah SWT is watching us is called in Arabic "taqwa".

Hijab can increase taqwa. When a sister sees her own reflection and her hijab, or when she becomes aware of it as she wears it, she may be reminded that she dresses like this because Allah SWT has ordered it, and because she knows that He is aware of what she does. These thoughts may inspire her to behave in the best possible manner.
So just think how much more of a reminder niqab is!

As well, for many sisters, hijab is a spiritual jihad because it often seems so difficult to wear. At times we may be forced to look deep into ourselves and find our faith and our courage. This provides many spiritual benefits in itself, and an increase of taqwa.
Again, just think how much more of a challenge niqab is, and how much greater the benefits when the nafs (inner self) has been conquered!

These are just some of the ways that niqab is mustahabb, some of the qualities and benefits of hijab that niqab is an extra degree of. Even if there were no record in the Shari'a of niqab, yet all of these reasons would still be true, and it would still be mustahabb to wear niqab.


Niqab is Sunna


Above are a number of different perspectives on why niqab is mustahabb.
Niqab is just an extra degree of hijab and thus whatever benefits hijab brings as a commandment of Allah SWT, niqab brings an extra degree of by being a supererogatory (nafl) act.

But niqab is also SUNNA. That is, extra modesty in general is mustahabb, and niqab is the specific form of extra modesty indicated by the Shari'a.


How has niqab been indicated by the Shari'a?


1) For Ummahat al-Muminin (rAa), the wives of the Prophet (sAas), niqab is fard. It has been commanded in Surah al-Ahzab ayah 53 and the hadiths confirm that Ummahat al-Muminin (rAa) covered their faces in obedience to the command in this ayah to screen themselves from non-mahram men. (My note: If you claim that niqab "presents a bad image of Islam" or "is oppressive" - think! Would you say that if you saw Ummahat al-Muminin (rAa) wearing their niqabs? There is no dispute that Ummahat al-Muminin (rAa) wore niqab, and this fact alone makes it clear that niqab is part of Islam.) Ummahat al-Muminin (rAa) are also a model to all Muslim women and this is another reason in itself that niqab is mustahabb.


2) It appears that during a time in Madinah when the Muslims were being persecuted (as mentioned in Surah al-Ahzab ayat 57-61), it was fard for all Muslim women to draw their jilbabs over their faces. Subsequently, this understanding of Surah al-Ahzab ayah 59 was superceded by Surah an-Nur ayah 31, which allows the display of the face and hands. Please see What is the Final Rule on Hijab? for more about this point. As mentioned in Evidences for Jilbab, the purpose of the jilbab is to protect the Muslim woman and to assert her Islamic identity; clearly then, niqab is an extra form of protection and an extra step to take in asserting Islamic identity.


3) Even after Surah an-Nur ayah 31 had been revealed, ordinary Muslim women continued to wear niqab with the approval of the Prophet (sAas). This has specifically been mentioned for Umm Khallad (Sunan Abu Dawud Book 14 #2482), Asma bint Abu Bakr (Muwatta Book 20 #20.5.16), and some Qurayshi women who were visiting the Prophet (sAas) (Sahih Bukhari Book 54 #515). As well, the fact that the Prophet (sAas) had to tell women not to wear niqab and gloves in ihram (Sahih Bukhari Book 29 #64) means that niqab and gloves were well-known and worn by a substantial number of sahabiyat (rAa). Clearly this form of extra modesty has the approval of the Prophet (sAas) and that is another reason that it is sunna.

The descriptions of the dress of Ummahat al-Muminin (rAa), of the way that the jilbab was worn when Surah al-Ahzab ayah 59 was first revealed, and of the extra-modest dress worn by some of the sahabiyat (rAa) all clearly and unambiguously point to a face-cover. This makes niqab the specific form of extra-modest dress set by the Shari'a. As such, it is sunna as well as mustahabb.

A summary :


Hijab is a screen of privacy - Niqab is a better screen
Hijab helps develop taqwa - Niqab helps develop more taqwa
Hijab is a jihad that purifies the soul - Niqab is a greater jihad
Hijab is a protection for sisters - Niqab is a better protection
Hijab is an assertion of Islamic identity - Niqab is a stronger assertion
Hijab is fard - Niqab is mustahabb




Wednesday, May 2, 2007

....Episod 30.... - Perjuangan terakhir -

Perjuangan mu seolah-olah perjuanganku ...
tangisan mu mengundang hibaku .....
tawamu menjadi pengukir senyumku ....
debaranmu ku rasakan ....
seperti hatimu dalam genggamanku....

Akhirnya...
ku lihat persembahanmu mantap ...
mantap sekali pada pandanganku...
terkaman mu tajam...
lebih tajam dari cengkaman asad...
semangat juangmu...
lebih hebat dari ngauman namir .....

Perjuanganmu bukan berakhir hari itu...
detik itu.... waktu itu....
tanpa kau sedari akhawat ku sayang...
perjuangan kamu semua bermula ...
di saat kau menjulang piala ,
walau kau bukan juara....
kau tetap srikandi di mata kami semua ...

Andai dinding bisa berkata....
pasti mereka akan melaungkan takbir bersama...
Andai dinding bisa merasa...
pasti mereka juga bangga dengan kalian semua...

Perjuangan pertama mu ...
adalah perjuangan terakhir ku ....